Hitam legam
Ikal mahkota kepalamu
Kilauan mata tajam
Gemetar di bibirmu
Penuh arti
Penuh makna
Penuh harap
Tak
banyak orang tahu
Kehidupanmu
yang sendu itu
Yang
mereka tahu
Kotamu
berisikan intan permata
Demi sesuap nasi
Demi seteguk air
Nyawamu kau pertaruhkan
Tak kenal lelah menerjang segala cobaan hidup
Ia
datang bertubi-tubi
Mengujimu
dan mencobamu
Tak
kau hiraukan
Asamu
telah engkau gantungkan
Jauh di atas langit menerjang ribuan
bintang lainnya
Menambang intan permata
Demi menyambung hidup
tak kunjung jua
merubah takdir yang seharusnya
Intan
permata
Berkilauan
tak pernah pudar
Kini
bukan lagi milikmu, mulikku, atau milik kita
Ia
kini milik orang-orang bangsa asing yang cerdas
Memanfaatkan
kebodohan kita
Lalu, mengapa tak kau ambil nak?
Mengapa tak kau pertahankan milikmu itu nak?
Oh, aku tahu
Engkau takut akan hukuman Tuhan
Engkau takut Tuhan akan memarahimu
Ya, ya, ya aku mengerti
Tapi
ingatlah satu hal
Tuhan
tak akan membiarkan umatnya
Berada
di lembah pilu selamanya
Tuhan
tak akan diam
Lihatlah suatu hari nanti
Intan itu akan menjadi milik kita
dan kita akan merdeka
Bebas dari belenggu kompeni yang haus akan intan permata